JARAK
By Iksaan.ae@blogspot.com - 22.04
J A R A K
“Sungguh, dengan jarak aku tidak
masalah.
Namun yang aku takutkan adalah;
rasa percaya kita,
yang sewaktu-waktu bisa digerus
habis olehnya.”
Titik
temu pagi yang paling sendu; keramaian yang membentuk kumpulan perasaan
orang-orang yang bercampur menjadi satu. Rasa sesak oleh kepergian, atau pun
rasa haru karena kedatangan orang tersayang. Di antara itu semua, ada satu raga
yang merasai, satu raga yang memberi simpul senyum tipis bercampur resah—kamu. Kau
yang berdiri lunglai di antara raga lain, mematung dengan mata yang
berkaca-kaca. Sesekali kulihat simpul senyum yang kau pasang berganti makna menjadi
kesedihan, saat kusadari matamu tak mampu menyembunyikan perasaan. Kutahu ini
berat, pun juga bagiku. Namun percayalah, jarak ini hanyalah soal angka-angka,
kita berdua mampu menaklukannya.
Pagi
ini, nampaknya sengaja kau kenakan syal merah yang kuberi sekitar dua bulan
lalu, saat kita tengah mengikrarkan janji-janji seputar apa yang akan kita
lewati setelah ini. Kusadari dengan pasti, jarak akan menjadi musuh yang paling
utama, dan di saat itu; kepercayaan kita yang dituntut untuk selalu terjaga. Memang
tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa bukan?
Aroma
perpisahan menjalar ke seluruh tubuh, saat pemberitahuan akan keberangkatan
kereta tinggal beberapa menit lagi. Dengan segera kudekap tubuhmu erat-erat
sebelum berangkat, dan kau langsung merebahkan kepalamu di dadaku. Tanpa aba-aba,
tangismu pecah! Kau menangis sesenggukan sambil menyeka air matamu, air mata
yang sedari tadi kau tahan akhirnya berhasil terlepas. Kini, waktu seakan
terjeda beberapa detik, waktu ini punya kita; sepasang manusia yang sebentar
lagi terjarak oleh angka-angka.
Tetap dalam dekapan, agar resah kita terselamatkan.
Tetap dalam dekapan, agar resah kita terselamatkan.
Kau
yang lemah berusaha keras menguatkanku, katamu begini; “ Tak perlu banyak
khawatir, tak perlu banyak perasaan curiga, yang kujaga bertahun-tahun ini akan
tetap sama, tak akan berubah, meski jarak membentang dan kau kini seperti
sedang bertualang, aku percaya, pada akhirnya, akulah tempatmu mengenal kata pulang.”
"Saat kau lelah nanti, kembalilah ke rumah, jangan pernah mencoba mencari tempat tuk singgah." ungkapmu sambil melepas dekapanku.
Kini, kurelakan jarak mengasingkan raga kita.
Dan kubiarkan waktu-waktu memainkan perannya.
Esok, saat kata jumpa kita tuai, aku harap, kita masih dalam satu rasa yang sama.
"Saat kau lelah nanti, kembalilah ke rumah, jangan pernah mencoba mencari tempat tuk singgah." ungkapmu sambil melepas dekapanku.
Kini, kurelakan jarak mengasingkan raga kita.
Dan kubiarkan waktu-waktu memainkan perannya.
Esok, saat kata jumpa kita tuai, aku harap, kita masih dalam satu rasa yang sama.
2 komentar
:'(
BalasHapuswhy? kutunggu bagianmu.
Hapus